Translate

[Benarkah] Dia Perebut Pacarku ?

sumber ; http://shuntypurba.blogspot.com
Cerita ini dimulai ketika saya sedang menyaksikan sebuah tayangan di YouTube bagian kolom komentar. Karena sesungguhnya hal menarik dari sebuah konten YouTube dan postingan Media Sosial adalah kolom komentar. Kalian akan melihat sebuah pertengekaran seru, adu argumen dengan segala dalil-dalilnya hingga promosi online shop sebagai bagian dari iklan layaknya siaran televisi. Pada saat itu, saya sedang asik melihat komentar aksi pelukan antara ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (Prabowo, red), Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo, red) dan atlet peraih medali emas cabang olah raga pencak silat (Hanifan, red). Kolom komentar terasa kompak untuk menghujat pendukung kubu Jokowi dan Prabowo (sebutlah cebong dan kampret), yang selama ini aktif berperang di media sosial dan dunia perYouTube-pan. Yang tidak kompak hanya para online shop yang tetap kekeh menjual dagangannya. 

Saat asik menyimak komentar masyarakat Republik Maya, seorang kawan yang kenal sejak saya dibangku SMP nge-chat, diawali dengan bertanya kabar, hingga pada akhirnya tujuan nge-chatnya terungkap. Intinya dia memiliki seorang pacar yang sudah sembilan tahun hubungan mereka rajut, dan harus kandas kerana ada pihak ketiga yang merebut si-Doi. Dia menyakan apakah saya kenal dengan si-Bangsat (maunya nulis Kampret tapi takut dikira anak Cebong jadi pakai Bangsat aja.) perebut si-Doi. Dari nama agak familiar. tapi sayang wajah tak terekam di memori saya. Maklum mungkin nama si-Bangsat pasaran, hingga saya tak mampu merekam wajahnya. Si-Bangsat dan si-Doi sedang kuliah S2 di kampus dekat kost saya. Oleh karena itu, si-Kawan tanya saya apakah kenal dengan si-Bangsat, padahal dia tahu saya bukan tukang sensus.

Sebagai seorang yang tidak ingin menjadi perantara terjadinya peristiwa tak baik, yang cocok untuk diangkat menjadi Hedline News, akhirnya bakat sebagai penyidik kasus niat kriminal saya tumbuh. Mulai dengan bertanya, "emang kalau aku tahu mau kamu apain si-Bangsat?". Si-Kawan katanya mau nanya, kenapa si-Bangsat ngerebut si-Doi dari dia. Kemudian si-Kawan akan melajutkan memberi pelajaran ke pada si-Bangsat. Saya pikir si-Kawan akan memberi pelajaran berupa kiat-kiat bertahan lama pacaran sama si-Doi, soalnya dia kan alumninya si-Doi. Eh... ternyata si-Kawan mau ngasih pukulan bukan pelajaran. Ya mungkin si-Kawan mau ngasih pelajaran kalau dipukul itu sakit kali ya.

Apa beda pacaran dan pernikahan ? jika berpatokan pada dasar-dasar moral dan budaya kita, tidak hubungan antara pria dan wanita dengan status pacaran. Sebagian orang yang saya tanya apa tujuan pacaran jawaban mereka, kesenangan belaka atau yang biasa kita sebut dengan Tren ada pula yang menjadikan sebuah landasan untuk menentukan perjalanan cinta. Banyak pula kasus pacaran yang menjalankan sebuah hubungan intim layaknya suami istri. Pendek cerita pacaran dapat disimpulkan sebagai hubungan untuk memilah dan memilih calon pasangan hidup (bisa test drive), jalan untuk melakukan hubungan sex secara gratis, mencari tukang ojek langganan hingga ATM berjalan. 

Bagaimana dengan kasus perebutan pacar orang ? meninjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia kata rebut diartikan sebagai merampas, mengambil dengan paksa (barang orang). Sedangkan kata merebut diartikan sebagai 1. Mengambil sesuatu dengan kekerasan atau dengan paksaan, 2. Mengambil dengan kekuatan senjata; merampas 3. Memperoleh sesuatu dengan susah payah (pertandingan, perlombaan dan sebagainya).  Jika tinjauan kata yang digunakan merebut untuk hubungan pacaran, maka sangat aneh didengar. Kita tinjau kasus si-Kawan pada setiap definisi, definisi pertama si-Bangsat tidak pernah melakukan kekerasan kepada si-Kawan, definisi kedua si-Bangsat juga tidak pernah menodongkan senjata kepada si-Kawan dan untuk definisi ketiga si-Bangsat dan si-Kawan tidak dalam sebuah olimpiade pada cabang dan nomor yang sama. Sehingga kata perebut pacar orang tidak pantas disematkan kepada si-Bangsat. 

Tinjau proses perpindahan status pacaran si-Doi kepada si-Bangsat. Mencoba menerka prosesnya adalah si-Doi sedang kuliah S2 dan ketemu dengan si-Bangsat yang juga kuliah S2. Mungkin si-Bangsat menaruh hati kepada si-Doi atau sebaliknya. Si-Doi melihat sesuatu yang tidak dimiliki oleh si-Kawan hingga akhirnya si-Doi memilih si-Bangsat untuk menjadi kekasihnya dan dengan rasa bangga melepas si-Kawan. Prosesnya cukup jelas, tidak ada hal yang diperebutkan karena si-Kawan juga mengakui kalau si-Bangsat jauh lebih kaya dan lebih pintar darinya. Karena si-Doi juga telah mempelajari ilmu eknomoi dan kesehatan. Maka si-Doi memilih si-Bangsat yang mungkin dia nilai jauh bisa memberikan penghidupan yang layak secara finansial dan terjamin dalam kesehatan karena biaya rumah sakit mahal. Banyak orang yang menyatakan bahwa sebuah kebahagiaan dalam hubungan berumah tangga tidak dapat dibeli dengan uang. Tapi ingat bahwa perceraian atau keretakan hubungan rumah tangga banyak juga disebabkan karena alasan finansial. Kembali pada topik tadi bahwa jelas proses perpindahan si-Doi bukan karena direbut oleh si-Bangsat, melainkan si-Doi menemukan sebuah harapan baru dan kebetulan juga si-Bangsat suka sama si-Doi.

Proses sembilan tahun dalam sebuah hubungan yang tidak bisa dilegalkan oleh pemerintah dan dihalalkan oleh agama memiliki sebuah konsekuensi yang besar. Tidak ada sebuah legalitas pemerintah, berarti tidak dapat menuntut banyak hal akan keadilan. Kecuali tuntutan pernikahan karena test drive yang berlebihan. Agama tidak bisa membenarkan sebuah hubungan terlarang dan penuh akan dosa (saya bisa alim ternyata). Saya tidak bisa memberikan sebuah pendapat bahwa pacaran itu baik. Hanya bisa memberikan pendapat bahwa pacaran itu merugikan salah satu dari kedua belah pihak dan dilarang oleh adat dan agama. Tidak ada simbiosis mutualisme yang baik dalam hubungan pacaran. Hanya sebuah kesempatan untuk meraba, mencium dan memerawani seorang wanita bagi pria dan kesempatan ojek gratis serta ATM berjalan bagi wanita. Atau bahkan kaum pria bisa menadapatkan lebih berupa ojek gratis dan ATM berjalan bagi wanita. Norma sosial, adat dan budaya bahkan agama telah mengatur banyak hal bagaimana sepantasnya pria dan wanita berhubungan. Karena hubungan tanpa legalitas dan pembenaran secara agama hanya merugikan bagi kaum wanita.

Tidak salah bagi si-Doi jika menganggap pacaran sebagai perjalanan pencarian dan penjajakan cinta, walau cara tersebut tidak dapat dibenarkan. Tidak salah bagi si-Bangsat untuk mendekati si-Doi dan memacarinya, toh si-Doi juga mau. Dan salah bagi si-Kawan jika dia harus memberikan pelajaran bagi si-Bangsat, karena si-Doi belum tentu mau balik ke dia.

Kesimpulan dari cerita diatas adalah tidak dibenarkan bahwa orang ketiga telah merebut pacar anda. Karena tidak mungkin pacar anda akan bisa direbut oleh orang ketiga jika dia masih suka sama anda. Bukan pelajaran yang harus anda berikan kepada pihak ketiga, melinkan pembenahan diri mengapa dia lebih memilih orang ketiga dari pada anda. Apa yang menjadi kekurangan anda dalam batas wajar adalah koreksi bagi anda, sedangkan kekurangan yang tidak wajar adalah peringatan bahwa dia bukan orang yang tepat. Tapi alangkah lebih baiknya anda tidak pacaran, karena agama telah mengajarkan bagaimana cara memilih pasangan yang baik untuk dipersunting.

Comments

Popular posts from this blog

Langkah-Langkah Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Menghitung Profit dalam Tender.

Menghitung Kapasitas Produksi Alat Berat part 1.

TATA CAMPURAN BETON (SNI 03-2834-2000)