Translate

Vira - [Perjalan Cinta]

sumber : www.sesawi.net

Salah satu kebesaran Tuhan adalah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Penjelasan tersebutlah yang aku pahami sampai saat ini sebagai orang beragama. Yah, sebagai orang yang berprofesi sebagai dokter tentunya tidak hanya pendalaman medis yang harus dipahami. Agama sebagai landasan hubungan vertikal dan horizontal bagi manusia adalah hal penting yang harus diketahui. Oleh karena itu, tentunya sebagai orang yang bijak dan berakal landasan agama harus tetap dipahami dan diterapkan dalam hubungan horizontal dan vertikal.

Hari ini aku kerja di sift ke-2, sebagai dokter yang selalu menjaga profesionalitas dalam kerjanya aku selalu berusaha datang 30 menit lebih awal. Sift ke-2 seharusnya mulai jam 19:00, tepat pada jam 18:25 aku tiba di Rumah sakit tempat aku bekerja. Setelah memarkir kendaraan di lokasi parkir karyawan saya langsung menuju ruang dokter jaga. Tak lama kemudian adzan maghrib terdengar, yah sebagai orang beraga muslim aku langkahkan kaki menuju musholla untuk menjalankan sholat maghrib. Selesai menjalankan sholat, aku bergegas menuju ruang jaga untuk mempersiapkan diri dalam pemerikasaan kondisi pasien. Kaki melangkah cepat menuju ruang jaga, tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang,

        "Vira, tunggu sebentar". 

Mendadak aku menghentikan langkah dan menoleh kebelakang, ternyata Profesor Diana yang memanggilku.

        "Oh Prof Diana, iya prof ada yang bisa saya kerjakan ?", jawabku terhadap panggilan Prof Diana.

        "Kamu hari ini jaga di Mawar 1 kan ?"

        "Iya Prof, benar saya yang jaga di Mawar 1 hari ini, ada apa ya prof?"

        "Bisa minta tolong untuk periksa pasien saya untuk malam ini ? Soalnya saya ada rapat mendadak dengan manajemen. Kebetulan asisten saya lagi keluar kota."

        "Baik prof, untuk pemeriksaannya seperti biasanya ya prof ?".

        "Iya seperti biasanya saja, nanti hasilnya tolong di scan dan dikirim ke via WA ya".

        "Baik prof ...".

        "Terimakasih Vira, saya berangkat ke ruang manajemen ya".

        "Baik prof, selamat menjalankan rapat".

Tugaspun bertambah sehingga aku harus mempercepat langkah kaki menuju ruang dokter jaga. Melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 18:50 dan semua dokter sudah berkumpul untuk melaksanakan tugas pemeriksaan berkala, aku langsung mengambil lembar pemerikasaan untuk pasien yang ditangani oleh Prof Diana. Ini adalah tugas pertama saya untuk menangani pasien tanpa adanya dokter spesialis disamping saya. Oleh karena itu, semangatku bertambah karena akan memiliki pengalaman baru dalam dunia prosesi kesehatan.

Stetoskop dan perlengkapan medis lainnya sudah siap, udah saatnya menuju kamar pasien. Ditemani dengan satu orang perawat dan satu orang rekam medik, aku melangkahkan kaki menuju kamar pasien pertama. Dengan perasaan gugup saya memulai pemeriksaan pasien pertama. Seperti biasanya mengawali pemeriksaan pasien haruslah dengan senyum dan menanyakan kondisi pasien dengan ramah. Pemeriksaan berjalan dengan baik, dibantu oleh Perawat dalam pengambilan data pasien. Sedangkan Rekam Medik mencatat hasil pemeriksaan pasien yang aku lakukan. Maka dari itu, saya melanjutka pemeriksaan pasien berikutnya.

Pemeriksaan pasien tiba pada pasien terakhir. Pasien ini bernama ibu Maryati, perempuan paruh baya yang berusia sekitar 55 tahun. Sambil tersenyum aku menyapa ibu Maryati, "malam ibu, saya Vira dokter yang akan memeriksa kondisi ibu malam ini".

    "Malam Dok..", sahut ibu Maryati membalas sapaanku dan melanjuktan pembicaraannya, "Dokter Diana kemana ? kan biasanya ada Dokter Diana yang memeriksa saya".

    "Prof Diana sedang ada rapat mendadak dengan pihak manajemen".

    "Oalah,... Baiklah kalau begitu".

Aku melanjutkan pemeriksaan kondisi pasien. Sambil sesekali menanyakan kondisi tubuh beliau. Perawat telah mengambil data tekanan darah dan temperatur pasien. Sedangkan Rekam Medik mencatat segala keluhan dan data kondisi pasien seperti halnya yang dilakukan pada pasien sebelumnya. Setelah pemeriksaan hampir selesai, Ibu Maryati menanyakan kondisinya,

        "Bagaimana kondisi saya dok ?".

        "Alhamdulillah sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikan, bu".

        "Dokter Vira, saya boleh tanya sesuatu ngga ?".

        "Iya ibu, tanya apa ?".

        "Usia dokter udah berapa tahun ini ?".

        "Tahun ini umur saya 27 tahun bu, ada apa ya bu ?".

        "Dokter udah nikah apa belum ?".

        "Belum bu".

        "Kalau pacar udah punya ?".

        "Belum juga, ada apa ya bu ?".

        "Mau ngga kalau saya kenalkan dengan anak saya ?".

Aku terdiam sejenak, ingin rasanya menolak tapi tidak tahu bagaimana caranya. Aku tak pandai menyusun kalimat untuk menolak tanpa menyakiti hati Ibu Maryati. Akhirnya aku hanya bisa tersenyum dan mengalihkan pembicaraan.

        "Ibu Maryati, ini untuk pemeriksaannya sudah selesai apakah ada yang bisa saya bantu".

        "Baik dok, jadi bagaimana apakah mau saya kenalkan dengan anak saya"   

Ibu Maryati menanyakan kembali pertanyaan itu. Aku melihat sekitarku, perawat dan rekam medik hanya tersenyum melihat kebingunanku. Baru kali ini aku menghadapi pasien dengan keringat menggujur tubuhku. Tiba-tiba keluar kalimat dari mulutku, "Nanti jika ada kesempatan ya bu". Jantungkun berdetak kencang, kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutku. Aku merasa malu dengan dua orang rekan kerjaku. Akhirnya aku segera berpamitan dan bergegas keluar. 

---*****---

Dua hari kemudian Prof Diana menelponku untuk menggantikannya memeriksa pasien lagi. Aku kembali teringat dengan peristiwa itu. Aku takut bertemu dengan Ibu Maryati, dengan rasa terpaksa aku ganti baju dan segera mengambil kunci motor. Berjalan menuju parkiran motor, dan sambil komat-kamit aku berharap Ibu Maryati sudah keluar dari rumah sakit. 

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, aku tidak bisa konsentrasi. Perasaan was-was bertemu Ibu Maryati muncul dalam benakku. Sepanjang hidupku, baru kali ini aku mau dikenalkan dengan anak dari pasien yang aku rawat. Untuk menghilangkan rasa was-wasku segera ku kebut motorku menuju rumah sakit. 

Setibanya di rumah sakit, aku segera menuju ruang dokter jaga. Mengambil data pasien yang akan diperiksa dan tak lupa memeriksa nama pasien. Aku periksa nama pasien apakah Ibu Maryati masih di rumah sakit atau sudah keluar. Aku periksa satu persatu data pasien, hingga lembar terakhir. Sontak mataku terbelalak melihat halaman terakhir data pasien. Ternyata Ibu Maryati masih di rumah sakit.

Aku diam sejenak sambil menghela nasaf, otakku ngga karuan apa nantinya yang akan dikalakukan. Tiba-tiba ada orang yang menepuk pundakku, sambil berkata, "ayo dok, udah masuk jam pemeriksaan pasien". Ternyata yang menepuk pundakku adalah perawat. Aku kaget dan masih dalam lamunanku.

        "Dokter Vira, kenapa ? ada sesuatu yang terjadi ?".

        "Ngga Mbak, ngga ada apa-apa".

Aku langsung berdiri melupakan apa yang akan terjadi sejenak. Aku berjalan menuju ruang inap pasien. Seperti hari-hari sebelumnya, aku mulai memeriksa pasien satu persatu, dengan menampang wajah bahagia tanpa memperlihatkan beban yang akan aku hadapi. Hingga akhirnya, saya melihat lembar terkhir pasien yang akan diperiksa.

Kakiku mulai gemetar melangkah menuju kamar pasien berikutnya. Aku tak pandai mengatur kata-kata untuk mengelak dari tawaran Ibu Maryati. Pikiranku kacau hingga akhirnya aku tiba didepan pintu kamar Ibu Maryati. Perawat membuka pintu kamar pelan, jatungku serasa berhenti berdetak, hingga akhirnya pintu mulai terbuka. Rekam Medik masuk duluan, aku mulai melangkah pelan. Terdengar suara Rekam Medik bertanya padaku dari dalam,

        "Dokter Vira Pasiennya kok tidak ada dikamar ?".

Aku terdiam tidak membalas pertanyaan Rekam Medik, hingga akhirnya dia keluar dan menyakan kembali pertanyaan itu. 

        "Dok, gimana ? ini pasiennya tidak ada dikamar. Kamarnya kosong".

Aku kaget tidak percaya, "Loh kok bisa, ini datanya masih ada kok". Aku langsung mengecek detail data pasien. Aku perhatikan seluruh data Ibu Maryati dan ternyata pada lembar terakhir Ibu Maryati telah pulang tadi siang. Langsung seketika badanku terasa ringan, dan akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan proses pemeriksaan pasien dan kembali ke ruang kerja.

Comments

Popular posts from this blog

Langkah-Langkah Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Menghitung Profit dalam Tender.

Menghitung Kapasitas Produksi Alat Berat part 1.

TATA CAMPURAN BETON (SNI 03-2834-2000)