BELI WAKTU PAPA
sumber : parenting.dream.co.id |
Saya Rega seorang
ayah dari dua orang anak Cahaya dan Aura. Meraka adalah hasil pernikahanku
dengan seorang istri yang sangat saya cintai, yaitu Shintia. Cahaya adalah anak
yang sangat aktif dan suka bermain, sedangkan Aura lebih suka dengan
kesendirian karena dia lebih menyukai kegiatan seni seperti lukis, kriya dan
musik. Sebagai ayah yang bertanggung jawab “menurut saya” maka saya harus
bertanggub jawab atas hobi dan pendidikan mereka. Cahaya dengan segala bentuk
mainan, latihan karate dan les menembak. Sedangkan Aura dengan les piaono, les
lukis dan segala bentuk perlengkapan penunjang kebutuhannya.
Suatu ketika, pada
hari sabtu pagi Cahaya mendatangiku yang sedang tertidur pulas dikamar.
“Ayah bangun, ayah
bangun, ayah bangun”.
Sambil membuka
mata dalam kantuk aku bertanya, “Iya mas Cahaya ada apa ?”.
“Mas Cahaya mau
berangkat les nembak, mau ditemenin ayah”.
“Papa capek
kemarin papa kerja sampai malam, jadi sama mama aja yah lesnya”.
“Hari ini sabtu
papa libur kerja, ayo temenin mas”, protesnya sambil menatapku dengan penuh
harap.
“Iya tapi papakan
capek, jadi biarin papa istrirahat hari ini ya”.
Sontak Cahaya
manangis dengan keras untuk minta ditemenin berangkat les nembak pada hari itu.
Akhirnya Shintia mendatangi kamarku untuk menenangkan tangis Cahaya, dia adalah
istri yang baik dan mengerti segala hal tentangku. Itulah mengapa aku memilih
dia sebagai pendamping hidup.
Hari berlanjut
pada bulan ketiga pasca tangis Cahaya waktu itu. Selama tiga bulan aku sibuk
dengan segala urusan pekerjaan. Aku berusaha untuk melampaui target pekerjaanku
yang telah ditetapkan diatas ketetapan perusahaan. Hari-hari aku pertaruhkan
untuk kepuasan perusahaan atas kinerjaku. Hingga akhirnya aku tersadar akan
kesalahanku selama ini.
Minggu pagi yang
cerah, aku duduk santai dekat kolam renang sambil menikmati secangkir kopi. Tiba-tiba
Cahaya datang menghampiriku dengan membawa sebuah celengan ditangannya,
“Ayah !”.
“Iya mas, ada apa
?”.
“Ayah, kalau kerja
dapat uang ngga ?”.
“Iya dong, ayah
bekerja untuk mendapatkan uang, nanti uangnya bisa buat makan, beli mainan,
sekolah mas Cahaya dan masih banyak lagi”.
“Uangnya banyak
ngga yah ?”.
“Yah banyak,
cukuplah buat sehari-hari. Mas Cahaya kenapa Tanya seperti itu ?”.
“Ini mas punya
celengan, uangnya cukup ngga buat beli waktu ayah satu hari untuk main sama mas
?”.
Aku kaget akan apa
yang Cahaya uangkapkan waktu itu. Aku termenung dan memikirkan apa yang telah
lakukan selama ini. Kewajiban suami dan ayah yang selama ini hanya aku pikirkan
untuk sekedar pemenuhan materi adalah kesalahan total dalam hidupku. Aku tidak
tahu bagaimana anak tumbuh dan berkembang, serta aku juga tidak tahu apa
pencapaian terbesar yang selama ini anakku raih. Atas peristiwa itu, aku
memulai sebuah perubahan dalam hidupku untuk tidak lagi memikirkan kebutuhan
materi saja dalam keluarga.
Comments
Post a Comment