TATA CAMPURAN BETON (SNI 03-2834-2000)
Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Standardisasi Nasional telah mengeluarkan sebuah peraturan Pedoman Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal dengan produk berupa SNI 03-2834-2000. Dalam standardisasi tersebut perencanaan campuran beton disajikan dalam formulir berikut,
Penjelasan mekanisme tata cara pengisian formulir campuran beton,
- Kuat tekan disyaratkan sudah ditetapkan 22,5 % unuk umur 28 hari
- Pasal 4.3.2.1 kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari:
kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari:
1). deviasi standar yang didapat dari pengalaman di lapangan selama produksi beton menurut rumus:Dengan: n adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji.). dua hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus sebagai berikut:
(1). mewakili bahan - bahan prosedur pengawasan mutu, dan kondisi produksi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan;
(2). mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f 'c yang nilainya dalam batas 7 MPa dari nilai fcr yang ditentukan;
(3). paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji diambil dalam produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari;
(4). bila suatu produksi beton tidak mempunyai dua hasil uji yang memenuhi pasal 4.2.3.1 butir 1), tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan factor pengali dari Tabel 1. (5). bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi persyaratan butir 4.2.3.1 1) di atas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan f 'cr harus diambil tidak kurang dari (f 'cr + 12 Mpa) - Nilai tambah dihitung menurut rumus:
- Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung menurut rumus berikut:
fcr = f 'c + M
fcr = f 'c + 1,64 Sr - Jenis semen yang digunakan ditetap sendiri oleh pembuat campuran beton yang disesuaikan dengan kebutuhan beton dilapangan. Adapun SNI 15 2049 2004 dan ASTM C 150 membagi semen portland menjadi lima tipe,
Semen Tipe I yaitu semen untuk keperluan umum
Semen Tipe II yaitu semen dengan ketahanan sulfat sedang
Semen Tipe III yaitu semen dengan kekuatan awal tinggi
Semen Tipe IV yaitu semen dengan panas hidrasi rendah
Semen Tipe V yaitu semen dengan ketahanan sulfat tinggi - Jenis agregat ditetapkan oleh sendiri oleh pembuat campuran beton. Agregat yang digunakan diusahakan untuk diambil dari quarry terdekat dari batching plant atau lokasi proyek. Untuk di Indonesia kebanyakan agregat kasar menggunakan batu pecah sedangkan agregat halus menggunakan pasir alam.
- Hubungan kuat tekan dan factor air semen yang diperoleh dari penelitian lapangan sesuai
dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian
sebagai pedoman dapat dipergunakan Tabel 2 dan Grafik 1 atau 2;
- Untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus memenuhi SNI 03-1915-1992 tentang spesifikasi beton tahan sulfat dan SNI 03-2914-1994 tentang spesifikasi beton bertulang kedap air, (Tabel 4,5,6)
- Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh beton yang mudah
dituangkan, didapatkan dan diratakan. Apabila dalam pelaksanaan dilapangan dibutuhkan beton yang sangat encer maka digunakan nilai slump yang tinggi, apabila dalam pelaksanaan dilapangan dibutuhkan beton yang tidak terlalu encer maka digunakan nilai slump yang rendah. Acuan nilai slump yang sering dipakai dilapangan adalah 12.5 cm s/d 7.5 cm.
- Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi:
1) seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan;
2) sepertiga dari tebal pelat;3) tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan. - Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut:
1) agregat tak dipecah dan agregat dipecah digunakan nilai-nilai pada table 2 dan grafik 1 atau 2; 2) agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), dihitung menurut rumus berikut: - Jumlah/kadar semen dalam beton dihitung dengan cara membagikan nilai Kadar Air Bebas dan Faktor Air Semen Bebas
- Jumlah/kadar semen maksimum dalam beton dihitung dengan cara membagikan nilai Kadar Air Bebas dan Faktor Air Semen Maksimum
- Jumlah semen minimum ditetapkan berdasarkan tabel 4, 5 dan 6 apabila nilai dari jumlah semen minimum lebih besar dari Jumlah/kadar semen (point 12) maka dilanjutkan dengan menghitung point 15
- Apabila nilai Faktor Air Semen Minimum melebihi nilai Jumlah Semen maka dilakukan penyesuaian terhadap Faktor Air Semen yang akan diaplikasikan terhadap beton. Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan metode Trial and Error. Kasus demikian jarang ditemui dilapangan.
- Memasukkan nilai hasil ayakan agregat halus kedalam grafik 3 s/d 6 sehingga didapatkan hasil nilai gradasi agregat halus masuk kedalam daerah gradasi nomor berapa.
- Memasukkan nilai hasil ayakan agregat kasar ayakan kedalam grafik 7 s/d 9 atau Tabel 7 grafik 10 s/d 12 sehingga didapatkan hasil nilai gradasi agregat kasar masuk kedalam daerah gradasi nomor berapa.
- Persen agregat halus didapat dari hasil perhitungan atau lebih mudah dengan cara mendapatkan nilai presentase agregat halus dengan menggunakan grafik 13 s/d 15.
- Berat jenis relatif agregat didapat dari perhitungan = (Berat Jenis Agregat Halus x %Agregat halus) + (Berat Jenis Kerikil x (100% - %Agregat Halus))
- Berat isi beton diambil dari hasil grafik 16
- Kadar agregat gabungan didapat dari hasilBerat Isi Beton - (Jumlah Semen + Kadar Air Bebas)
- Kadar agregat halus didapat dari hasil%Agregat Halus x Kadar Agregat Halus
- Kadar agregat kasar didapat dari hasilKadar Agregat Gabungan - Kadar Agregat Halus
- Prporsi Campuran didapat dari
a. Semen
Nilai pada point 12
b. Air
Nilai pada poin 11
c. Agregat kondisi jenuh kering permukaan
- Agregat halus
Nilai pada poin 22
- Agregat kasar
Nilai pada poin 23
M = 1,64 x Sr ;
Dengan
M adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistic yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan hasil uji
sebesar maksimum 5 %
Sr adalah deviasi standar rencana
Comments
Post a Comment