ANAK/BURUH PABRIK ?; APAKAH SEKOLAMU MENYENANGKAN ?
Membentuk sekolah sebagai tempat yang menyenangkan
Anak atau buruh pabrik ? sebuah pernyataan yang
sangat menggelitik bagi beberapa pembaca tulisan ini. Sebelum mengkritik
tulisan ini mari kita mengulas sebuah fenomena berikut ini. Pada saat
perkembangan dunia pendidikan kita mulai berkembang dengan pesat. Banyak motode
pendidikan yang ditawarkan serta ditambah dengan variasi waktu belajar yang cukup
menyita waktu bermain anak, bukan menjadikan lembaga pendidikan dimata anak
sebagai penjara kehidupan mereka. Seorang pemerhati pendidikan bahkan
menyatakan sekolah sebagai panti asuhan.
Kita mengenal tiga jenis pendidikan yaitu
pendidikan formal, nonformal dan informal. Pada zaman yang serba sibuk ini
pendidikan yang dikenal orang adalah pendidikan formal, dengan sekolah sebagai
aktor utamanya. Untuk tingkat pendidikan menengah, alokasi waktu yang digunakan
sebesar 6,5 jam. Dalam 24 jam waktu yang digunakan seorang anak untuk
beraktivitas mulai dari bangun tidur sampai tidur adalah 18 jam, dengan asumsi
bangun tidur jam 04.00 dan tidur jam 22.00. Sehingga alokasi waktu yang
digunakan anak untuk sekolah 36.11 %. Jika anak tersebut bersekolah pada
sekolah yang menganut sistem full day
school. Dimana jam pulang sekolah rata-rata adalah jam 15.00 maka alokasi
waktu yang digunakan anak untuk sekolah adalah 8 jam, maka presentasenya adalah
44.44 %.
Uniknya dinegara kita orang tua tidak percaya
100% dengan kualitas hasil pendidikan sekolah. Sehingga setelah berskolah anak
harus melanjutkan sekolahnya di lembaga kursus. Hal ini merupakan sebuah ironi
dalam kehidupan anak-anak, sehingga
mereka harus menambah alokasi waktu mereka 3 jam untuk bersekolah ria. Sehingga
alokasi waktu mereka untuk bersekolah didua lembaga tersebut sebanyak 9.5 jam
dan 11 jam bagi mereka yang sekolah dengan sistem full day school. Jika kita simak dengan baik, seorang buruh pabrik
bekerja pada jam 08.00 sampai 16.00 bahkan ada yang sampai jam 17.00, rata-rata
waktu yang mereka butuhkan sekitar 8 jam sampai 9 jam. Oleh karena itu, patut
kita pertanyakan apa bedanya mereka dengan buruh pabrik. Jelas semua akan
menjawab pastinya beda.
Perbedaan mereka yang mencolok adalah anak ke
sekolah untuk mendapatkan materi sesuai kurikulum sedangkan buruh ke pabrik
untuk mencari uang. Selain itu, buruh pabrik akan sedih jika tidak masuk kerja
jika mereka berhalangan dengan alas an urusan pribadi. Sedangkan anak akan
bahagia luar biasa jika tidak masuk sekolah dengan alasan urusan pribadi atau
keluarganya. Akan tetapi, persamaan luar biasa bagi keduanya adalah sebuah
kebahagiaan besar bagi mereka jika ada libur nasional atau libur yang diatur
oleh institusi mereka.
Berdasarkan uraian diatas, sebaiknya sekolah
membangun dirinya menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswanya. Hal ini perlu
ditekankan karena hampir 50% aktivitas keseharian siswa berada di sekolah.
Sekolah yang menyenangkan dibentuk dari kelas yang menyenangkan. Kelas yang
menyenangkan diciptakan dari guru yang menyenangkan. Parameter yang paling mudah
bahwa guru tersebut membosankan atau menyeramkan bagi siswa dapat dilihat pada
saat guru tersebut tidak masuk. Jika reakasi mereka luar biasa bahagia, maka
guru tersebut termasuk dalam kategori membosankan atau menyeramkan. Pada saat
ini, marak dikalangan siswa menggolongkan gurunya berdasarkan sifat dan tata
cara mereka mengajar. Salah satu golongan terunik adalah guru kiler, sehingga
sekolah mendapatkan julukan baru sebagai gudang pembunuh keji. Parameter
berikutnya merupakan sekolah membosankan atau menyeramkan. Sekolah dikatakan
membosankan atau menyeramkan jika mayoritas guru pengajarnya adalah orang yang
membosankan atau menyeramkan. Parameter paling mudah untuk membuktikan suatu
sekolah membosankan atau menyeramkan bagi siswa dengan cara memberikan
pengumuman libur atau pulang cepat. Jika reaksi siswa bahagia luar biasa,
berarti sekolah tersebut dapat divonis sebagai sekolah yang membosankan atau
menyeramkan.
Maraknya sekolah membosankan bahkan menyeramkan
menjadi ironi tersendiri bagi dunia pendidikan di negara ini. Banyak sekali
metode yang dapat dilakukan untuk membentuk sekolah tersebut menyenangkan.
Setidaknya seorang guru dalam mengajar harus menggunakan banyak metode untuk
mengahadapi siswa. Apa gunanya jika seorang guru berhasil mengajar siswa dengan
perolehan rata-rata nilai pelajarannya 9.00 dalam satu kelas, akan tetapi
kehadiran dikelas tidak pernah diharapkan oleh para siswa. Sehingga nilai
tersebut diperoleh oleh siswa, bukan karena siswa suka dengan mata pelajaran
tersebut. Melainkan siswa takut dengan guru tersebut.
Comments
Post a Comment